2. Menjalin hubungan persahabatan "Queennick's"
Udara di Cirebon memang panas,
teriknya bisa menyengat kulit. Namun, terpaan angin dari jendela angkot membuat
suasana sedikit sejuk.
Merry, winda dan Dilah pun
akhirnya sampai di belakang Grage. Yap, jalur D3 memang tidak melewati depan
Grage. Mereka pun sempat mengajak Ela, tapi gadis penyuka warna kuning ini udah
ada janji.
"Kalau masuk Grage, jangan
jalan pelan-pelan dan tengak-tengok gak jelas. Ntar dikira orang kampung
nyasar" Kata winda berjalan di depan mereka.
"Emang mer, orang kampung, haha.
. ." candanya tapi gak ada yang ketawa, soalnya dia ngomong dalam hati.
"oh, gitu ya teh" jawab
Dilah datar, nieh anak memang polos pakai banget.
Segera aja mereka, menuju lantai
dua yang berjubel pakaian dan sepatu. Gadis asli Gagasari ini yang berniat
membeli sepatu langsung berkeliling pilih-pilih. Merry juga ikut
berkeliling-keliling seperti mau beli sesuatu, sedang Dilah ngikut Winda. Lalu,
Merry naksir salah satu sepatu yang berwarna biru simpel tapi pas lihat harga, "Wow......!!,"
langsung saja Merry meletakkan kembali. Harga yang tertera disana sebesar Rp.
222.000,00 gak kurang gak lebih.
Di tempat Winda milih, ia sepertinya
masih sibuk berkutat disana. Ia sempat suka salah satu sepatu tapi gak ada
ukuran kecil. Yah... tau sendiri lah si tubuh kecil ini pasti punya ukuran kaki
yang kecil pula. Kalau ukuran kakinya besar, kayaknya bukan manusia deh tapi
big foot. He... canda dikit.
"huft, ukurannya gak da yg
36" keluhnya kesal setelah menanyakan SPG setempat tentang no sepatu yang
dipilihnya tersebut.
"cari lagi teh winda yuk . . . Ntar juga ketemu" hibur dilah
mengajak berkeliling kembali.
"Gimana teh?" sapa
Merry yang baru menghampiri.
"gak ada ukuran yang sesuai
mer, adanya ukuran kakimu"
"yonganan, teh Winnya punya
kaki kayak bayi. Nyarinya tempat sepatu bayi aja ang. . . yuk!" ledek
Merry langsung dibalas dengus kesal nyentriknya. Sambil komat kamit baca mantra
atas ucapan teman besarnya tersebut. Ukuran badannya maksudnya. Hehe....
Karena di Grage tak ketemu juga
sepatu yang diinginkan si gadis kecil
ini, jadi berpindah mereka ke berbagai tempat. Intinya, dimana ada tempat
memajang sepatu disitu akan ada winda beserta dua temannya.
Cape. . . Keluh dua sohib lainnya
dalam hati. Si Merry dan Dilah memang gak suka jalan-jalan belanja yang
merepotkan seperti ini. Tapi dua-duanya tetap standby samping gadis yang suka
belanja ini. Dengan tetap memasang tampang keep smile.
"Mer. . . Mer lucu
gak?" tunjuk Winda pada sepatu kecil yang berbulu-bulu.
"lucu teh" dengan suara
datar. Sepertinya Merry enggak bisa lagi tidak menunjukkan rasa lelahnya.
"serius nich, mer. Lucu
gak?" winda tak begitu aja percaya. Ia pun mencoba memakai dan bertanya
pada dilah.
"lucu teh. Pas juga"
"iya teh, cocok!" Merry
ikut semangat, supaya teman yang satu ini menyudahi ritual belanjanya.
Oalah, tapi tiba-tiba Winda
bilang "kayak anak kecil" dan lanjut milih lagi.
“Gubraaa. . .kkkkk!!” perasaan
dua sahabatnya ini karena harus melanjutkan perjalanan ini dan tak tahu kapan
berakhirnya.... lebayyyyy deh.
Eng....! ing....! eng...!! Dan
akhirnya setelah melewati perjalanan panjang bagi dua gadis teman Winda ini,
winda membeli baju blajer hitam dan gagal memboyong sepatu. Ckckck. . .
Meski begitu, mereka menyiratkan
di wajah tanda senang. So, saatnya pulang!!
"Makasih ya, dah ditemenin.
Lain kali temenin lagi ya. Hehe. . . Belum ada yang cocok tadi sepatunya"
ucapnya di dalam angkot d10.
Tentu saja, perjalanan belanja
ini akan terus berlanjut. Karena mereka punya 1 teman yang hobi belanja. Dan
mereka belum ada alasan untuk menolaknya.
Yap, Winda turun di pinggir
kampus karena ia ngekos di pdk. Sedang Dilah turun di pondok Ulumuddin. Dan
Merry seperti biasa ke terminal Harjamukti.
Didepan kelas matematika A, yang
seringnya di ruang 13, mahasiswa-mahasiswi biasanya duduk depan teras kelas,
menunggu kelas sebelumnya yang sedang memakai ruangan tersebut menyudahi
perkuliahan. Dengan sedikit candaan dan obrolan ringan.
Dilah duduk dekat penyangga atap,
bersandar. Mendapati Sms dari Merry "udah di kampus?"
sudah biasa Merry dan Dilah suka
saling memberi kabar saat di kampus tercinta dan saat itu Merry sudah berada di
angkut D10 yang lagi ngetime.
"dah teh" jawab singkat
dilah.
Ia enggak banyak bicara cuma ikut
memperhatikan obrolan aneh teman sekelasnya tersebut, padahal anak-anak lain
ributnya gak ketulungan.
"Yap, Kholik dinobatkan jadi
Kosma seumur hidup matematika A, siapa setuju!" lantang Riany yang
berbadan agak berisi ini.
"setuju!" seru
semuanya.
Sedang Kholik cengeges enggak
jelas, antara setuju dan tidak setuju yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.
Karena wajah Kosma matematika A yang sudah menduduki jabatannya selama 1 tahun
ini terbilang abstrak. He. . . .
"ya, Lik. Presiden aja masa
jabatannya 4 tahun. Kosma juga dong ya" Iis S. juga angkat bicara. yang merupakan teman dekat Rianto. Eh maaf,
Riany....
"haduh, bukannya gitu. Tapi
harus ada ijin tertulis dari pemda atau pemkot dulu dong" bela kholik
dengan jawaban ngawurnya.
Syaeful, master koplak di
matematika ini mendekati Kholik "tenang Lik, saya setuju kok. Ntar saya
bantu, bantu doa! Supaya lancar menjalani jabatan ini. Selamat" dan
bersalaman tanda syah.
"Lik, sabar ya. Sabar. . .
" sanjung ela menengahi. Bikin kholik tersipu aneh. "sabar menghadapi
kita-kita. Mohon kerjasamanya ya kosma!" sambung ela angkat bicara.
Kholik yang paling tinggi
diantara cowok-cowok ini bangkit dari duduknya "Oalah, sama saja toh.
Kalian ini maunya apa sih?!" tetep dengan muka cengegesnya, yang gak bisa
dirubah dari sananya.
"maunya kholik jadi kosma
seumur hidup matematika A, aye!!" jawab Lina duluan semangat.
"Betul. . .betul" sahut
yang lain serempak.
Pemuda ini langsung menghela
nafas panjang, seketika itu juga Dosen ruang 13 keluar. Dan nampak
memperhatikan gerombolan di depan ruangannya ribut sejak tadi.
Langsung deh pada bubar
mahasiswa/i Matematika A ini, pada milih tempat duduk di kelas.
Si Dilah ngambil duduk di belakang
dan nyiapin kursi kosong di sebelahnya buat gadis ciledug. Sedang Winda dah
duduk di samping ela, di bagian depan. Seperti biasa Riany, Iis S., dan
temannya duduk paling depan.
Tak berselang berapa lama Merry
pun datang, sebelum dosen perkuliahan MPM tiba.
Yatta, jam kuliah matematika A
sudah selesai. Saatnya pulang!!!
Winda nampaknya terlihat akrab
dengan Ela. Mereka terus mengobrol asik berdua. Sedang dilah dan Merry berjalan
bersama keluar ruangan seperti ibu dan anak karena postur tubuh mereka yang
berbeda. Dan mereka memberi kode pada teman satunya bahwa mereka menunggu di
luar kelas.
Dan akhirnya si kecil cerewet ini
mendekati setelah ela pamit segera pulang, "main yuk ke kosan dulu. Kan
masih siang" ajaknya santai kemudian.
Si jangkung langsung memberi
isyarat pada si mungil, si mungil setuju. Merry pun ngikut aja.
"OK! Capcus...!" sontak
gadis aquarius ini senang. Soalnya di kosan lagi sepi.
Dari kejauhan, Choe menatap
mereka bertiga sebelum akhirnya berbalik arah mengikuti Dhiar yang sudah
menjauh. Itu karena arah pulang mereka berbeda, Winda CS menuju gerbang utama
sedang Choe menuju tempat parkir motor deket rektorat.
"Wah, bertiga aja nich"
ucap nunung, gadis berkacamata yang cukup alim ini di depan masjid, duduk
bersama beberapa anak matematika A lainnya saat Winda CS berjalan.
"Haha. . . Mau jadi tri
angel ya!" gurau Iis s. Ini.
"bagus juga tuh ide
namanya" sontak winda membalas sambil menghampiri mereka. Masih berdiri.
"pake atuh kalau bagus mah,
hehe. . ."
"boleh. . . Boleh lagi
ngapain nich? main yuk ke kosanku yuk" ajak winda kemudian mau ngajak
banyak masa.
"ada makanan enggak?"
sambar Riany ikut bicara.
"ada banyak! 1 truk Tapi
enggak cukup buat yan kayaknya, haha. . ." ledek winda melihat postur
Riany yang big size. Di kelasnya memang ada dua orang yang berbadan tambul.
Satu Riany dan satunya Iqbal, seimbanglah masing-masing kubu cewek dan cowok
punya big friend. Hehe. . . Peace ^_^.
yang lain pada rimpah ruah
meriah, Dilah dan Merry hanya diam membisu sejuta bahasa. Duduk anteng di tepi
depan masjid juga.
"Tit. . ." klakson
motor terdengar, sepertinya Yulinda memanggil Nunung untuk segera naik ke
motornya.
"duluan ya!" pamit
nunung. Ia hendak main ke yulin.
"nung, ntar bantuin bikin
makalah SKI ya" harap yulinda sambil boncengin nunung keluar kampus.
"insya Allah yul"
di depan masjid pun winda dan dua
temannya yang di ajak kekosan udah bergegas pergi, namun mereka mampir ke
tukang es dan gorengan dulu. gak enak kan ngobrol tapi gak ada makanan. Seperti
sayur tanpa garam. Ce..ileh pribahasanya.
Saat di jalan yulinda dan nunung
ketemu ela di bypass, sepertinya ia sedang nunggu D4. mereka hanya saling
melambai tangan dan melempar senyum.
"Ela, cantik ya nung"
"yulinda juga cantik
kok" sanjung nunung.
keduanya memang cantik tapi juga
ada perbedaannya, yulinda itu pinter dandan kalau ela itu pinter berbusana.
"gimana tugas SKI dah pada
selesai blum?" tanya penyewa kamar kos ini sesampainya di kediaman
sementara selama kuliah.
"blum semua teh, kalau teh
winda?" sahut dilah pelan, sambil menyeruput es teh manisnya.
winda juga mengiyakan bahwa
dirinya belum selesai. dan dia juga menanyakan hal yang sama pada Merry.
sebenarnya Merry udah selesai, tapi gak enak bicara begitu. jadi yang terlontar
adalah "belum juga teh"
"tuh tah teh apa sieh?"
risih si kecil ni cerewetnya keluar. sontak gadis bertubuh besar dimata dua
temannya ini kaget.
"loh, dilah kan juga manggilnya
teteh. kok gak marah?"
"dilah mah
pengecualian"
"lah kok bisa?! gak per
nich. kemarin - kemarin gak apa-apa. sekarang malah ngajak ribut ya? ayo di
kasur!" tantang merry aneh. masa ribut di kasur. nah, itu buat si mungil
ini tertawa kecil. yang lagi ribut pun jadi natap dilah dan langsung tertawa
terbahak-bahak.
"Oh ya, gimana kalau nama
dari iis s. itu kita pakai. three angel.
keren kan!!" winda langsung membara semangat 45. tapi dijawab pelan oleh
dua temannya.
"terserah teteh ja"
ucap dilah, ngikut ja.
"boleh wind" kata merry
akhirnya berucap tanpa kata teh.
tapi, winda tetep bersemangat.
"aku namanya cute angel, dilah little angel dan merry big angel" lalu
memberi ciri khas untuk masing-masing anggota three angel.
lagi-lagi merry teriak kaget,
"whats!!"
"kan sesuai ma postur
tubuh" ledek gadis gagasari ini sambil natap Merry lekat-lekat yang lagi
mau ngambil pisang goreng meredakan marahnya.
"kayaknya ini orang yang
didepan saya gak suka ma saya deh, jangan big angel dong. beautiful angel
ja" gerutunya kemudian lalu natap dilah buat minta pembelaan.
tapi dilah berucap sesuai kata
hatinya dong, "tapi, cocok teh merry"
seketika hati merry hancur lebur.
tapi ia menyudahkan dan membiarkan julukan itu karena ia sadar badannya paling
besar dari dua teman-temannya. Ya sudah lah... akhirnya gadis tinggi semampai ini menerima
julukan tersebut dan tidak mau mempermasalahkannya lagi.
di tempat lain dhiar mengantar
choe sampai pertigaan kubang, trus ia gak lurus untuk langsung pulang tapi malah
mau putar arah lagi padahal kan rumahnya lurus ja, wilayah sumber. dan dia
mewanti-wanti choe agar kalau mamah dhiar sms bilang ja lagi belajar kelompok.
padahal dia mau ketemu pacarnya yang bernama Linggar.
"aih kenapa harus boong sih,
padahal kan itu pacarnya. jadi gak enak. Risih ah" gerutu dalam hati choe
berkecamuk, ia pun meminta kakaknya menjemput. karena dari pertigaan ke rumah
choe agak jauh, apalagi jalannya meliuk-liuk seperti roller choaster. tapi
pemandangannya asri banget!
***
Merry udah datang ke kampus
padahal masuk kuliah jam 9, tapi jam delapanan lebih udah duduk manis depan
masjid.
"hmm... mobilnya kcepetan
nich" gumamnya dalam hati, ia pun mengsms dillah yang ngekos di pondok
ulumuddin. katanya lagi nganter temen dulu. langsung dech menghela napas.
tapi tiba-tiba ada yang menepuk
punggung merry keras. coba tebak siapa?
yang pasti namanya adalah choe
yang suka kasar ma merry tentu aja yang dipukul juga gak segan untuk balas dan
balasannya lebih menyakitkan ternyata. Haha.... soalnya gadis penyuka biru ini
perkasa loch. Choe gadis penyuka warna ungu ini pun mengernyitkan dahi karena
kesakitan tapi terus tersenyum.
"seru kali ya berteman ma
kamu"
"eh kan kita teman sekelas.
Jadi, kita teman kan?!" bingung merry dengan perkataan gadis disebelahnya
tersebut.
"yah... lebih deket lagi
gitu"
"pacaran maksudnya."
pura-pura gak ngerti nich gadis berhidung mancung atau besar ini. "gak
bisa tau, kita kan sejenis"
wah si choe jadi kesel mau jitak
tuh. Tapi, batal karena takut dapat balasan yang lebih menyakitkan.
"ya, kita berdua kan cowok.
puas!!" timpal choe kemudian.
haha... tawa mereka menderai
keras seperti bukan gadis umumnya. makanya mereka sering diledek gadis tomboy
atau cowok.
Lalu datang yulinda dengan motor
mio birunya. Setelah memarkir motornya di tempat yang aman. Ia mendekati choe
dan merry. "belum pada datang ya?"
"udah ini dua, masa gak
kelihatan" kata gadis bertahi lalat tersebut berpura - pura ketus.
Yulinda langsung cengegesan,
"jih, maksudnya yang lain"
"bilang dong yul, hehe. .
." choe ikut cengegesan. Merry juga.
"Mana dhiar?" tanya
yulinda merasa aneh, biasanya disitu ada dhiar pasti ada choe.
"ya, mer juga lupa.
Ujug-ujug ni bocah datang"
"emangnya apaan??!” surung
choe pada merry pelan. “gak bareng lin, tadi diantar kakak sampai kampus.”
Sorot matahari pun mulai memanas menyinari
teras masjid, choe langsung merasa kepanasan. Ia pun segera mengajak mereka “Oh
ya pindah yuk ke depan jurusan, udah mulai panas".
mereka pun beranjak, tak lama
berjalan ada yang memanggil mereka. Dan dengan serempak mereka menengok.
Ternyata gadis berkacamata, nunung.
Gadis yang baru tiba ini berlari
kecil mendekati mereka tapi ada rasa heran dimatanya.
"ada apa nung?" Tanya
yulinda.
"kalian janjian tukeran
sepatu ya. . .!?" tunjuk nunung pada kaki merry dan choe.
"heh. . .!!!!" suara
terkejut mereka keras, hingga mahasiswa/i sekitar menatap aneh mereka.
Ketika sadar mereka buru-buru
tuker sepatu yang sesuai dengan kepunyaannya lalu bergegas pergi sedangkan
yulinda udah kabur duluan sambil narik nunung agar menjauh dari dua gadis aneh
(maksudnya choe dan merry) agar gak jadi malu.
Keempatnya berlarian sambil
tertawa geli. Yulinda terus bilang gak kenal! Gak kenal! Padahal dua temannya
nyusul sambil bilang tunggu meski sambil berantem menyalahkan satu sama lain
atas insiden itu sedangkan nunung tersenyum lebar dan hampir tertawa tapi ia segera
menutup mulutnya hingga hanya suara tawa halus yang keluar.
Yap, hubungan pertemanan ini mulai
terasa menyenangkan bahkan bisa melupakan sedikit beban gadis yang Pulang Pergi
Cirebon - Ciledug.
Gadis ciledug ini seperti biasa
duduk di pojok belakang elf samping jendela. Bersandar melepas lelah tapi ia
tak akan bisa terlelap. Ia mengambil handphone dan mencoba menelpon seseorang.
"haha. . . Tadi ada kejadian
lucu, masa bisa ketuker sepatunya. Gak terasa coba. Kalau di sana ada kejadian
apa?" sumringah merry bercerita.
Tapi kalian tau apa yang di balas
dari keceriaan gadis tinggi ini.
". . . . Nomor yang anda
putar salah. . . "
segeralah ia memasukkan hpnya
kembali, untuk kesekian kalinya sudah seperti itu tapi gadis ini tak
mempedulikannya. Ia menghela nafas panjang lalu berkata dalam hati, "haah.
. . Benar-benar menyenangkan hari ini" lalu mengulas senyum kembali di
raut wajahnya.
0 komentar: