Stay in touch
Subscribe to our RSS!
Oh c'mon
Bookmark us!
Have a question?
Get an answer!

3. Timbulnya ketidaknyamanan

0 komentar




Waktu sudah menunjukkan pukul 08.30 Wib. Waktunya matematika A untuk kuliah di ruang 13, tapi lebih dari 15 menit terlewat dosen yang mengajar tak kunjung tiba. Dan anehnya hanya golongan Riany Cs (riany, iis s, lina dan raras) yang belum datang di kelas. Bukankah ini jadi perbincangan hangat di kelas. Mereka yang biasanya paling standby di depan kelas, belum datang juga. Aneh.
"Kholik, bener gak masuknya setengah delapan?" tanya nisah, gadis yang terbilang pintar agak merasa ragu dengan jadwal kuliah kali ini.
"kemarin kan bilangnya gitu" jawab santai kholik lagi sibuk bercanda dengan kubu cowok yang semakin hari semakin koplak.
"ang, sms ja ke iis s. Jadi gak bu indah masuk gitu" sahut fuad, memberi pendapat. Fuad ini adalah adik kandung dari anis, jadi matematika A punya saudara kandung yang sekelas. Dan dua-duanya itu mahasiswa/i yang aktif dan cerdas. Keren....
"udah ad, tapi belum di bales"
setelah sekian lama menunggu, setelah bercanda panjang lebar ngaler ngidul. akhirnya ada balesan dari iis S. "Masuknya jam 9 nis, ibunya ada perlu dulu"
wah. . . Ribut tuh sekelas, udah kayak pasar reboan. Ada yang ngedumel gak jelas sampai jelas banget, ada yang emosi gak karuan sampai karuannya, ada yang ngeluh inilah itulah, ada yang diam aja santay kayak di pantai dan ada juga yang gak peduli, langsung ngacir aja dari kelas.  Mungkin dia kebelet. Hehe....
"lah kok gak jarkom sieh?"
"bisa-bisanya gak ngasih kabar"
"curang banget, dianya mah gak berangkat sekarang"
"apa-apaan sieh nih, gak jelas banget yakin"
"lik, kamu gak di hargai jadi kosma tuh"
"lah, dasar!"
dan gadis ciledug ini cuma diam ja gak ikut ribut seperti yang lainnya. Dia merasa kesal, kecewa dan sedih. "Kok, matematika A kayak gini ya? Gak kompak, gak asik, banyak yang meninggikan egonya. Huft...... " ucapnya sambil menenggelamkan kepala ke atas kursi.
Lalu bergumam dalam hati setelah setahun bersama kelas ini, rasanya sangat aneh. dan kejadian ini bukan hanya sekali. Dah sering, kelompok Riany bikin ulah. Entah itu saat pembagian kelompok, minta iuran kas, yang ngubungin dosen mereka, gak suka ngasih info dan banyak lainnya. Meski mereka sering minta maaf dan banyak ngasih alasan. Ya sudah, pastinya anak-anak matematika A memang mudah memaafkan.  Tapi kan, kalau di ulangi lagi perbuatannya. Sama aja boong besar....
"wah, kasihan si merry dah jauh-jauh dari ciledug juga" kata winda natap merry yang sedari tadi berparas lesu tak bergairah.
"he. . ." balas gadis ini nyerengeh segera menaikkan kepalanya sejenak lalu menaruhnya lagi dia atas meja yang bergabung dengan kursi.
"wah, saya juga dari ciledug nich. Saya merasa dipermainkan!" ucap iqbal yang mendengar perkataan winda dengan bahasa banci yang lenggeh, padahal badannya bulat. Hehe. . . mirip bola pimpong. Upsss!
Mungkin ia bermaksud menghangatkan suasana dengan candaannya. Agar gak terlalu membahas serius mengenai kejadian ini. Santai aja bro and sister.
"saya juga yang deket kesel, teh mer!" yulinda menunjukkan emosinya.
"OMG gue harus gimana nich!! Kayaknya gue mau ke warung deh. Mau sarapan pagi dulu. Yuk, geng koplak capcus!!" ketua koplak alias saeful sudah siap-siap keluar kelas membawa rombongan mahasiswa cowok yang hanya 9 orang doang.
"ya udah yuk lah cari minum ja, biar dingin nieh hati" ucap nuryati. Yang juga berasal dari luar cirebon alias majalengka. Dan tidak ngekos.
"tunggu nich kawand, alasannya di kira bu Indah juga sms kholik" nisah berbicara lantang membaca pesan Iis S atas insiden kali ini.
"ah. . . Udahlah, biasa banyak alasan tuh.  yuk iis N." ajak Erna untuk segera keluar kelas. Ngerasa pengap daritadi menunggu ketidakpastian.
Nah loh, di kelas ini ada dua orang yang bernama iis, jadi penulis membedakan dengan S dan N. Tapi di lain chapter akan berubah julukannya. Tunggu aja ya, apa sih julukannya.
So, mereka berhamburan keluar kelas. Berusaha meredakan amarah kesalnya. Ada yang ke masjid, makan, Ke kosan lagi, minum, duduk di teras, main warnet atau bahkan ke wc. Haha. . .
OK, Setting tempat di kosan Riany, kebetulan iis S. Sebenarnya udah standby di kosan Riany dan Raras. Yah mereka berdua ngekos bareng di pdk.
"kayaknya anak-anak pada marah deh"
"udah gak apa-apa, toh sama aja mau masuk jam 9 atau setengah 8" sanggah Riany berpendapat.
"ya, toh mereka juga maunya di kasih info terus" setuju juga iis S. Ini.
Raras baru datang, ia habis mandi. "ada apa deh?" berusaha ikut gabung dalam pembicaraan.
segera aja Riany bercerita, lalu raras menghela nafas, "ya wis lah, udah terlanjur toh. Ya lain kali sih jangan lupa kasih kabar"
so, sebelum jam 9 .saat geng Riany ini datang. Mereka di minta pertanggungjawabannya di depan  kelas.
"Jih, maaf deh. Kita yang salah" ucap Riany lantang. "tapi, kan kita juga kadang lupa, sebagai manusia. Tak kirain kholik yang ngasih kabar ke anak-anak"
"yan, kamu juga tau kan? Bu Indah kan gak tau nomor kita. Gimana bisa ngasih kabar. Pake telepati ya mungkin. Ckck. . ." sahut Kosma tertua ini dengan sedikit nyeleneh.
"ya udahlah, jangan dibahas lagi masalah ini. Bakal Panjang. . .!" anis melerai.
"pokoknya yang dapat info apa pun kasih kabar. Kasihanlah yang jauh cuy. . ." winda juga menambahkan.
"ok. . . Ok. . . Tapi masa kami sms semua anak?" bela Iis. S.
"gak gitu juga kali is!" di jawab Iqbal yang duduk sebelahan dengan Kholik.
"gimana kalau kita dapat info kirim ke absen paling atas, yang tak lain dan tak bukan adalah iqbal soalnya nama lengkap di absen Ahmad Iqbal zumni, trus iqbal sms ke yang bawahnya sampai absen terakhr." pendapat saeful memberi pencerahan.
"sip, juga sih" setuju riany.
Tapi, nuryati mengacungkan tangan. "kasihan yang absen terakhir dong, dapat infonya telat. Di tambah, apa gak bakal terhenti di satu orang karena alasan gak ada pulsa atau baru kebuka smsnya"
"makanya harus terus ada pulsanya dong, kan bisa kredit ke om pirman. Iya enggak pirman?" sahut Lina menambahkan.
Si pirman asli kuningan ini mangguk-mangguk ja. “ ya siip. Tenang ja“
"itu sih tanggung jawab pribadi, yang gak ngirim ya yang disalahkan. Biar gak kami aja yang disalahkan" Riany angkat bicara lagi, ia berdiri di depan kelas dengan suara lantang.
Ups, tiba-tiba bu Indah datang, "sekarang kuliah ibu kan?" tanyanya di dekat pintu kelas.
"ya bu. . ." sahut semuanya.
Dan perbincangan pun terhenti sementara sampai bu indah menyudahi perkuliahan mata kuliah aljabar.
"Ok lanjut lagi, ada yang menambahkan?" Si gadis gembul ini membuka percakapan kembali.
"gimana kalau jarkomnya di bagi 3, yang dapat info langsung kasih kabar ke iqbal, ke lina dan ke riany." ucap nuryadi yang jadi sesepuh di kelas karena ternyata ia yang paling tua di kelas tersebut sambil melihat absensi kelas.
"nah setuju, ntar yang terakhir, masing-masing kirim lagi yang pertama sebagai bukti jarkom sukses" tambah nuryati.
Dan akhirnya semua setuju. Mereka pun masing-masing menghambur melihat absen, siapa yang wajib di kirim sms olehnya.
"mer, ntar aku jarkom ke kamu" ela mendekati merry. Sedang Merry mengirim jarkom ke jafar.
“La, maaf ya aku ngirim jarkom ke jafar. Jangan marah ya la....” goda Merry kemudian melupakan sejenak kekecawaan tadi. Bikin ela berwajah pedas pengen jitak merry secepatnya.
"jadi, intinya. Hp harap di bawa terus dan pulsa harus ada terus kalau gak mau disalahkan!" iis S. Memperjelas.
OK! Permasalahan kelas sudah selesai.
Pagi ini, mentari sepertinya tertutup awan. Sehingga hangatnya tidak begitu terasa dan terangnya menjadi sedikit redup.
Merry, gadis penyuka mawar putih ini udah berada di belakang elf babakan deket jendela sebelah kanan sambil sekilas membaca materi kelompok yang akan maju presentase sejarah kebudayaan islam. Loh, memang bisa baca dalam mobil ya? Tanya aja sama orangnya! He. . .
Tapi, entah mengapa seolah tubuhnya tau. Sejenak pandangannya mengarah keluar jendela dan ia memperhatikan sebuah rumah yang tak asing. Tak lama, kembali terpaku pada buku.
Di sisi lain, choe si gadis penyuka melati ini terburu-buru naik ojek ke pertigaan kubang, tempat biasanya dhiar sahabatnya menjemput sudah mengatakan sudah sampai. Sayangnya. . . Setelah sampai di tempat, keberadaan gadis sumber itu tidak tampak.
"haah. . . " ia menghela napas sambil melihat handphone warna ungunya menunjukkan pukul 07.50 lalu mengirim sms bahwa ia sudah di tempat.
"hmm. . . Kalau aja kakak gak sibuk" gumamnya sambil menunggu kemunculan dhiar dari arah selatan.
Waktu tepat pukul 08.15 dan dhiar tiba. "maaf ya, tadi di suruh mamah"
choe langsung naik dibelakang dhiar "ya, gak apa-apa. Yuk berangkat" sambil tersenyum kecil, tidak mau memperpanjang masalah. Dhiar pun segera menancapkan gasnya menuju kampus.
Saat minum-minum plus makan otak-otak biar tambah pinter. Haha. . . Otak-otak ini semacam makanan yang di goreng, dimana ada bumbu keju, rumput laut, asin, balado dan cabe. Three angel juga membeli makanan tersebut.
"mer, ntar antar ke asia ya?" ajak winda segera.
Yang di tanya masih belum menjawab karena ia telah di wanti-wanti ibunya untuk segera pulang jika kuliah udah selesai dan jangan banyak main, karena di rumah juga banyak yang harus di kerjakan. Biasa anak gadis gitu loh....
"ah, maaf ang. Gak bisa. Ada perlu di rumah. He. . ." jawabnya sambil nyerengeh karena merasa gak enak juga.
"yah. . . Gak asik nih!" balas winda kecewa tapi merry masih senyum supaya teman kecilnya itu merelakan keputusannya. "dilah bisa kan?"
"aduh teh. . . Tadi kuh teh nurul sms. Minta diantar ning toko buku. Jadi priben ya teh?" jawab dilah terlihat gak enak juga ma teman yang sama-sama bertubuh kecil itu.
"ya udah dil, gak apa-apa" gadis gagasari ini luluh ma dilah, ia gak bisa aneh-aneh ma dilah. Marah gak bisa, kesel gak bisa. Sikap dan wajanya itu polos banget kayak malaikat. Mungkin bisa dibilang begitu. Lebay dikit gak apa-apa. He....
Sudah seringkali big angel menolak ajakan cute angel hingga merasa bosan untuk ngajak lagi dan merasa tak cocok dengan gadis ciledug ini.
Di tambah little angel juga nampak sibuk dengan kegiatan di tempat tinggal sementaranya pondok ulumudin dan teman-teman yang tinggal disana.
Winda merasa hubungan three angel agak renggang. Jadi kebersamaan mereka berkurang drastis.
Merry agak diam, ia datang beberapa menit sebelum mata kuliah di mulai dan setelah mata kuliah tidak ada lagi, ia langsung pulang.
Tapi, ia tau kalau winda sepertinya cocok dengan ela. Makanya kalau mereka sedang berdua, merry enggan mendekat dan dilah sekarang terlihat sibuk dengan handphonenya meskipun itu saat kuliah. Merry tahu karena tempat duduk mereka tidak pernah jauh-jauh, sedangkan winda duduk jauh dari mereka dan memilih bersama ela atau nunung di baris agak depan.
"yul. . . Yul ada pulpen dua gak?" tegur nunung dari arah depan membalikkan badannya. Tapi sepertinya yulinda tidak tergubris sama sekali. Ia sedang melamun.
Choe yang kebetulan disebelahnya, menyadarkan bahwa nunung memanggil teman sebelahnya.
"eh, ya ada apa!" kaget yulinda. Bikin rame sekitar tempatnya.
"itu yul, nunung manggil" dhiar juga menambahkan sambil nunjuk ke depan.
Baru deh, yulinda mudeng. Dan nunung kembali mengulang perkataannya. Segera saja, gadis cideng ini meminjamkan pulpennya.
Choe tanya kenapa dengan yulinda, dari tadi ngelamun ja. Tapi, yulinda bilang enggak apa-apa dengan nada dan ekspresi tidak seperti yang dikatakan.
"la. . . La sepatunya baru ya?" ucap winda setelah memperhatikan kaki ela. Excited banget lihatnya. Ampe mau jatuh tuh mata.
"enggak win” sahutnya pelan.
“baru lihat. Lucu ya. . ."
"winda suka tah? Lagi musim win sepatu ini"
"ya, pengen. . ." modusnya keluar pengen ngajak jalan ke asia, grage, ramayana ataupun sejumlah tempat lainnya. "tapi gak ada temennya"
"mau dianter win, kebetulan gak ada les hari ini"
"beneran!! Beneran. . ." sumringah gadis kecil ini langsung. Ela pun mengangguk pasti.
Di tempat sepatu pun kenyataannya sudah pasti, mencari sepatu winda itu sangat sulit seperti mencari jarum ditumpukkan jerami. Pribahasanya keluar nich. Mantap.
"wah, maaf ya la. Jadi repot" winda agak gak enak juga dengan ela. Dari tadi mondar mandir gak karuan. Bolak balik antara ragu dan bingung.
"gak apa - apa win, tapi kalau gak ada ukurannya kita ke tempat anak kecil ja. Toh, sama ja versinya tapi mungkin ada ukuran buat winda" saran ela.
"kayak si merry ajah kamu" tapi gadis ini tau perbedaannya kalau merry itu langsung berkata tanpa disaring dulu hingga seperti candaan, tapi kalau ela disaring dulu dan seperti sebuah saran.
Dan betul saja, tipe sepatunya mirip punya ela tapi ukurannya pas buat winda tapi di sepatunya ada tulisan child (anak-anak). Wah gadis kecil ini langsung panik, malu kalau ke pelayan tau pas bayar. Gadis kuning ini langsung cari ide dengan menghapus tulisan tersebut menggunakan tip-x.
Padahal tidak usah malu karena membeli sepatu tersebut karena orang lain tidak tahu sepatu itu untuk siapa, mungkin mereka akan berpikir untuk adik atau ponakan bahkan anaknya hehe. . . . udah cocok buat mereka nimang bayi. Cepet nikah makanya. Oi......
Yang harusnya malu itu kalau ngambil sepatu di toko tapi tidak bayar alias maling. Betul tidak teman-teman? Yeeee......  gak ada yang tepuk tangan, yang ada tepuk jidat.
Yap, yap. . . Mahasiswa kegiatannya kuliah lagi kuliah lagi, seperti biasa choe naik ojek ke tempat dhiar jemput. Kali ini dhiar datang pertama, padahal teman yang dijemputnya udah naik ojeg tapi gadis berisi ini malah telepon dan ngambek-ngambek. Gadis penyuka ungu ini pun jadi tidak nyaman dengan gadis sumber ini. Baru juga telat 3 menitan, ia marah. Padahal dirinya telat setengah jam diam ja.
"ah. . .  Inilah nasib orang yang nebeng. Huft. . ."
di gerbang sekolah, yulinda baru datang dengan motornya tapi ia tidak menggubris sahutan nunung. Nunung merasa aneh, "ia kenapa? Marah sama aku tah?" bingung nunung.
Sedangkan merry di angkot D10 sedang mendengarkan lagu dari firman - kehilangan. Itu mengingatkan pada three angel. Karena lagu itu mungkin lagu kebangsaan mereka.
"aku gila. . .!!! Gila. . ." senandung mereka sambil menahan tawa.
"lu aja yang gila!! Gw enggak!" sambung merry biasanya jika mereka lagi diangkutan umum bertiga dan si sopir ngeplaylist lagu ini.
Tapi, itu sudahAgak pudar. Dan mungkin hanya jadi kenangan.
Bahkan ketika tiba di kampus pun, Winda jalan berdua saja dengan ela. Akrab.
"haha. . . Benar-benar, sepatunya ada di tempat anak-anak" cerita winda nyentrik.
"hush, ntar ada yang denger. Tapi, cocok win"
"siip lach. . ."
Merry pun memilih duduk dekat yulinda dan nunung. Karena akhir-akhir ini dilah suka jarang masuk tepat waktu.
"yul, kamu kenapa? Akhir-akhir ini gak fokus gitu. . ."
"gak apa-apa nung. . ."
"ah kamu sekarang gitu. . ." pura-pura ngambek biar mancing temannya cerita.
"maaf nung,. . ." yulinda tetap lesu.
"ya, gak apa-apa. Ntar kalau mau cerita. Aku bisa kok dicurhatin apa aja. Sekarang jangan terlalu dipikirkan ya. . ." nasehat nunung, tapi yulinda merasa nunung aja jarang curhat kok ke dirinya.
Si merry cuma jadi pendengar setia ja, tapi memberi senyum pada yulinda biar semangat.

Hari sudah agak sore, merry keluar dari kamar kecil masjid. Ia sejenak merapikan kerudungnya. Ia segera ke depan masjid untuk duduk dan memakai kaos kaki. Setelah itu, ia mempersiapkan uang untuk ongkos angkot dan elf. Tapi, ternyata uang untuk angkot hanya ada 1.300. Kurang 200, malu kalau kurang.
“nich, uang 200 hilang kemana?? Aihhh tadi fotocopy....”
Jadi ia memutuskan untuk memilih jalan sejenak ke by pass, sekalian olahraga. Di perempatan ia bisa naik elf menuju terminal. Dan hanya butuh biaya 1.000. Pas lah. . . lebih 300 malah. Bisa buat permen. Xixixi.....
Di dalam mobil elf, gadis ciledug ini bersandar lesu. "sudah semakin tak menyenangkan disini. . . . Ah, apa aku berhenti kuliah saja ya! tidak nyaman. Semakin hari semakin lelah saja."

Share/Bookmark

0 komentar:

Lee Jong Seok

Lee Jong Seok
Saranghae Emesayap.....^_^

Total Tayangan Halaman